Rutinitas menyambut Hari Raya atau
hari besar lain setiap tahunnya adalah sebuah hal yang biasa di hampir semua tempat
di penjuru tanah air. Ada yang
menyambutnya secara biasa-biasa saja, ada pula yang menyambutnya secara luar
biasa tergantung kebiasaan di wilayahnya masing-masing. Pengalaman yang sedikit berbeda saya alami
setelah bertugas sebagai FK di Kecamatan Way Krui. Pada penyambutan Hari
Raya Idul Fitri yang telah berlalu dilakukan secara
luar biasa sehingga menarik perhatian saya dengan banyaknya rangkaian
pelaksanaan adat yang melibatkan begitu banyaknya lapisan masyarakat sehingga
menimbulkan kegotong royongan serta mempererat persatuan masyarkat di wilayah
Way Krui dan sekitarnya.
Pesisir Barat yang terkenal dengan
istilah “Bumi Sai Batin”, karena terdapat 16 Sai Batin yang diakui
keberadaannya sejak jaman Belanda dulu.
Sai Batin dipimpin oleh seorang Suttan atau Sultan yang keberadaannya
berdasarkan garis keturunan.
Ke 16 Sai Batin atau marga yang terdapat
di Pesisir Barat masih menjunjung tinggi adat istiadat wilayahnya dalam
menyambut kemeriahan Idul Fitri. 16 Sai Batin itu adalah:
1. Marga Ulu Krui
2. Marga Pedada
3. Marga Way Sindi
4. Marga Bandar
5. Marga Kampung Dalom/Pasar Krui
6. Marga Way Napal
7. Marga Tenumbang
8. Marga Laay
9. Marga Ngaras
10. Marga Ngambur
11. Marga Bengkunat
12. Marga Belimbing/Pengekahan
13. Marga Pulau Pisang
14. Marga Pugung Penengahan
15. Marga Pugung Malaya
16. Marga Pugung Tampak
1
Di Way Krui sendiri ada 2 marga yang
dengan saat ini masih menjalankan adat turun temurun sejak jaman Belanda dulu. Ke 2 marga itu adalah Marga Ulu Krui dan
Marga Pedada.
Marga Ulu Krui dalam proses
penyambutan Idul Fitri memiliki beberapa tahapan dalam perayaan Idul Fitri,
tahapan-tahapan tersebut adalah:
·
Pada tanggal 22 Juli 2014 ada rapat untuk menentukan tempat solat IED, Ngejalang (Ziarah Kubur) dan Pangan (Berdo’a dan makan bersama).
Pada tanggal 22 Juli 2014 ada rapat untuk menentukan tempat solat IED, Ngejalang (Ziarah Kubur) dan Pangan (Berdo’a dan makan bersama).
- Dari hasil kesepakatan solat IED untuk Ulu Krui berlangsung di tanah lapang, sedangkan untuk Kampung Baru dan Suka Marga berlangsung di Masjid di wilayahnya masing-masing.
- Acara Pangan ditentukan berdasarkan kesepakatan pelaksanaan dari 3 kampung yaitu Ulu Krui, Suka Marga , dan Kampung Baru. Hasil kesepakatan acara pangan adalah: 1. Kampung Suka Marga pada hari ke 2 lebaran (2 Syawal), 2. Kampung Baru pada hari ke 3 lebaran (3 syawal), 3. Pekon Ulu Krui pada hari ke 4 lebaran (4 syawal).
- Acara ngejalang (ziarah kubur) dilaksanakan berdasarkan wilayah kubur dari turunan keluarga besar masing-masing. Misalnya dari turunan Dalom maka kuburannya mencakup dari turunan Dalom, Raja, Batin, Minak, dan Mas. Pada acara Ngejalang ini kumpul di pekuburan Ulok Bamban Ulu Krui yang terdiri dari masyarakat yang ada di Ulu Krui, Dusun Suka Marga, dan Dusun Kampung Baru. Acara Ngejalang ini berlangsung pada hari pertama Idul Fitri. Di Ulu Krui sendiri Ngejalang berlangsung pada sore hari. Yang unik diacara Ngejalang ini adalah selain kirim do’a, juga dilakukan acara Talibun atau berbalas pantun dengan menggunakan bahasa melayu.
·
Tata
cara Talibun adalah sebagai berikut:
◊ para peziarah mengambil tempat yang telah ditentukan
(di seputar area
pekuburan, tetapi tidak diatas
kuburan).
◊ Peziarah dibagi menjadi 2 kelompok yang
saling berhadap-hadapan (2 kelompok
Ini terdiri
dari kelompok tamu atau undangan dan kelompok tuan rumah atau
Pengundang.
◊ Masing-masing kelompok terdiri atas satu Pemimpin.
◊ Salah satu pemimpin kelompok kemudian mulai
melantunkan pantun yang
Kemudian akan
dibalas oleh kelompok lawannya, proses ini terjadi berulang-ulang
Sampai dengan
tidak ada lagi yang membalas pantun lawannya atau sampai
Dengan waktu
yang telah disepakati yaitu ½ sampai dengan 1 jam. Pantun ditutup
dengan
kalimat “Lampung Selatan Gunung
Tanggamus, adanya di Talang Padang,
Kalau ada Sisa makanan harap dibungkus,
oleh-oleh dibawa pulang”
Kemudian
ditutup dengan makan bersama ditempat tersebut.
Acara
Ngejalang diakhiri dengan membungkus dan membawa makanan yang ada oleh
masing-masing orang yang hadir dalam acara tersebut.
∞ Setelah acara Ngejalang, acara berikutnya
adalah pangan. Pangan adalah acara adat
dari Sai Batin Setempat
berupa acara kirim do’a dan jamuan
makan. Pangan di Ulu Krui berlangsung pada hari
ke 4 Syawal dan berlangsung di Masjid Nurul Iman Kampung Suka Raja. Pelaksanaan acara pangan diawali dengan
arak-arakan peratin selaku Umaroh Atau pemimpin pekon menuju tempat acara
dengan menggunakan pakaian adat Lampung dengan Didampingi oleh aparat pekon yang lain. Setelah umaroh, selanjutnya para ulama yang
diarak menuju tempat acara dan dilanjutkan oleh Yang lain menuju tempat acara.
∞ Di dalam Masjid, acara dimulai dengan berdo’a
yang dilanjutkan dengan Talibun (berbalas pantun). Talibun dalam acara pangan ini hampir
mirip dengan acara Ngejalang (Ziarah
Kubur), yang membedakan adalah kalau Ngejalang diikuti hanya
oleh keturunan dari masing-masing kasta atau status berdasarkan keturunan tua-tua jaman
dulu. Sedangkan Pangan diikuti oleh
seluruh masyarakat tanpa membedakan keturunan serta ditambah
dengan undangan dari kampung Suka Marga dan Kampung Baru. Setelah berbalas pantun/Talibun acara
dilanjutkan dengan makan bersama di dalam Masjid.
Makanan yang ada berasal dari masing-masing
rumah yang membawanya dengan menggunakan Pahar
atau Tudung dari bahan besi. Makanan tersebut
dibawa di atas kepala ibu-ibu dan di di masjid untuk
diletakkan didepan tempat duduknya masing-masing.
Setelah
makan bersama, sisa makanan dibungkus dan dibawa pulang oleh tamu undangan yang
hadir pada hari itu.
“Sebuah
acara walaupun sederhana tetapi sangat layak untuk dilestarikan keberadaannya,
karena bisa saja hal ini tidak akan ada lagi diwaktu mendatang ketika
orang-orang tua sekarang sudah tidak ada lagi, menjadi sebuah kewajiban untuk
para pemuda mengikuti acara ini untuk menanamkan sebuah seni dan budaya agar lestari
dan tidak lapuk ditelan jaman.” (Taufik /FK Kecamatan Way Krui)